Diangkat dari drama panggung berjudul Pygmalion karya George Bernard Shaw pada tahun 1912, My Fair Lady akan membawa para penonton ke Edwardian London pada salah satu cerita yang indah mengenai bahasa dan perselisihan budaya yang pernah ada. Sebuah kisah yang menceritakan kesenjangan sosial dimana ini membuat seseorang lemah atau malah bangkit untuk merubah diri agar dapat diterima di lingkungan yang lebih baik. Kisah diawali dengan hubungan antara Eliza Doolittle, seorang gadis penjual bunga Cockney dengan profesor yang sombong dan bersifat misoginis Henry Higgins, seorang ahli fonetik yang bertaruh bahwa dia bisa merubah Eliza menjadi “wanita cantik” dan terlihat seerti “wanita dari kalangan atas” dalam waktu tiga bulan.
My Fair Lady menceritakan kisah Profesor fonetik sombong yang bertaruh bahwa ia dapat menjadikan seorang gadis penjual bunga dari kalangan bawah menjadi gadis yang cantik dan anggun yang dapat diterima di kalangan berkelas (kelas atas). Berbulan-bulan ia melatihnya berbicara, bertingkah laku dan berpakaian ala kalangan atas, akhirnya ia benar-benar berhasil mengubah gadis penjual bunga itu menjadi gadis berperilaku dan berpenampilan layaknya gadis dari kalangan atas. Kebersamaan mereka selama berbulan-bulan memberikan moment yang berharga khususnya untuk Henry. Sebelumnya, profesor yang sombong ini adalah pria yan merasa wanita bukanlah suatu hal yang penting dalam kehidupannya. Tetapi Henry merasa kehilangan ketika Eliza meninggalkannya. Bagi yang merasakan pengalaman My Fair Lady akan terpesona oleh kisah semangat manusia ini, serta kisah cinta yang muncul antara dua insan yang tidak mungkin bersatu, akhirnya bergabung bersama oleh daya tarik mereka melalui bahasa Inggris.
Sejak pertunjukan pertama di Broadway tahun 1956, yang dibintangi Rex Harrison dan Julie Andrews, kritikus langsung memberi gelar pada drama yang satu ini sebagai “legendaris” dan “salah satu musikal terbesar abad ini”. My Fair Lady berhasil memenangkan enam TONY Awards dan pada tahun 1961, menjadi produksi terlama dalam sejarah Broadway pada waktu itu. Buku karangan dan lirik My Fair Lady oleh Alan Jay Lerner dan musik oleh Frederick Loewe, termasuk lagu-lagu klasiknya diantaranya “The Rain in Spain”, “Wouldn’t It Be Loverly” and “Get Me To The Church On Time” Often called “the perfect musical”, mengiringi indah di sepanjang alur cerita. My Fair Lady akan menjadi pengalaman menonton drama musikal yang tak terlupakan dengan musik yang mengalun indah dan kostum yang sangat cantik dimana akan mengingatkan penonton teater mengapa teater musikal ada. Pecinta drama musikal yang ada di Singapura bersiap untuk mendengarkan kembali kisah dua insan dari My Fair Lady yang akan ditayangkan mulai pertengahan Februari mendatang di Sands Theatre, Marina Bay Sands.
- Courtesy of marinabaysands.com
Tanggal: 11 – 23 Februari 2014
Waktu: 20.00
Tiket:
– VIP: $195.00
– A Reserve: $145.00
– B Reserve: $125.00
– C Reserve: $105.00
– D Reserve: $95.00
Lokasi: Marina Bay Sands – Sands Theatre, 10 Bayfront Avenue, Singapore