Jan22
Jacques de Coutre in Southeast Asia, 1593-1603 – Mempelajari sejarah Singapura sebelum tahun 1800
Mempelajari sejarah merupakan suatu hal yang terkadang diperlukan karena melalui hal-hal yang sudah terjadi kita dapat mempelajari berbagai hikmahnya. Selain itu, melalui sejarah pula kita dapat memperoleh manfaat yang datang dari berbagai peninggalan sejarah. Tidak hanya manusia, setiap negara termasuk Singapura memiliki sejarah singapura yang sangat amat panjang sehingga dapat menjadi salah satu negara maju di dunia seperti sekarang ini. Itu semua tidak terlepas dari sejarah yang manfaatnya diambil untuk dipelajari dalam menghadapi masa depan yang lebih cerah lagi. Pada acara Jacques de Coutre in Southeast Asia, 1593-1603 yang diselenggarakan di Asian Civilisations Museum pada 29 Januari mendatang, pengunjung dapat mengetahui sejarah panjang Singapura melalui perjalanan seorang pria bernama Jacques de Coutre di Asia Tenggara. Selain itu, disini mereka akan diperkenalkan beberapa peninggalan Jacques de Coutre untuk menambah pembelajaran sejarah.
Pada 1593, sebuah Fleming muda dari Bruges bernama Jacques de Coutre tiba di Melaka. Selama delapan tahun, Melaka menjadi rumah baginya dan dari sana ia melakukan perjalanan secara luas di seluruh wilayah. Selama hampir tiga dekade di Asia, Jacques mencari dan kehilangan keberuntungan dan memulai dua perjalanan darat dari Goa ke Eropa. Melakukan perjalanan yang panjang dimana melibatkan perjuangan yang tidak sedikit. Otobiografinya dan tulisan-tulisan lainnya sekarang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Peninggalan-peninggalan Jacque de Coutre tersebut menawarkan wawasan penting pada masyarakat Asia, bea cukai, jaringan perdagangan dan objek perdagangan. Itu semua juga menjadi saksi mata yang masih ada dan paling banyak menjelaskan tentang keadaan Singapura sebelum tahun 1800. Kuliah ini akan memperkenalkan terjemahan baru dan edisi dari peninggalan-peninggalan Jacques de Coutre dalam bentuk otobiografi dan tulisan-tulisan tersebut. Selain itu, disini akan mengungkapkan apa rencana besar yang dimiliki Jacques de Coutre untuk Singapura sekitar tahun 1625, dua abad sebelum Thomas Stamford Raffles datang ke negara singa ini.
Pembicara dalam acara ini, Peter Borschberg adalah profesor di Departemen Sejarah di National University of Singapore. Dia telah menerbitkan beberapa buku dan artikel tentang topik yang berkaitan dengan ekspansi kolonial awal dan asal-usul hukum internasional di Asia Tenggara selama abad 16 dan 17. Karya-karyanya termasuk diantaranya The Singapore and Melaka Straits; Violence, Security and Diplomacy in the 17th Century (2010) dan Hugo Grotius, the Portuguese and Free Trade in the East Indies (2011). Dalam bidang ilmu sejarah, Peter Borschberg memang sudah sangat dikenal ahli di kampus tempatnya bekerja. Dia tidak hanya memberikan ilmu kepada orang-orang khususnya para mahasiswa di lingkungan kampus. Dengan membuat banyak buku dan artikel, beliau berbagi ilmu kepada publik. Bahkan, beliau juga cukup sering menjadi pembicara yang khusus diundang untuk acara-acara bertema sejarah.
- Courtesy of eventfinda.sg
Tanggal: Rabu, 29 Januari 2014
Waktu: 19.00 – 20.30
Tiket: Gratis
Lokasi: Asian Civilisations Museum, 1 Empress Place, Singapore