Mungkin kita akan berfikir bahwa sutradara Rajat Kapoor sudah cukup hebat dalam membuat cerita bertema badut setelah C for Clowns and Hamlet – The Clown Prince. Tapi kemudian dia berkarya lagi dan membuat Nothing Like Lear yang seperti judulnya memiliki kesamaan dengan Shakespeare’s King Lear. Perbedaan dari kedua kisah ini terdapat dalam tema yang luas seperti penuaan dan cinta. Meskipun menjadi edisi ketiga dari seri badut, tidak ada rasa lelah atau berulang-ulang tentang kisah ceritanya. Atul Kumar dan Vina Pathak oleh hak secara bergilirian untuk melakukan bagian dari badut kesepian tertatih-tatih di ambang kewarasan dalam drama. Seperti Lear yang ditolak usia tuanya oleh kedua putri tertuanya setelah dia mewasiatkan mereka kerajaannya, badut yang ditinggalkan oleh anak tunggalnya. Versi kita melihat Pathak, yang ahli bekerja membuat penonton melihat-lihat emosional selama hampir 90 menit. Berbagai macam emosional menyatu dalam satu kisah ini, suatu saat penonton dapat menertawakan lelucon dalam cerita kemudian merasakan suatu keputuasaan pada menit berikutnya, sebagai badut yang menceritakan bagaimana putrinya dirawat dan dimanjakan serta dibesarkan, dia tidak menggunakan ayahnya lagi – tetapi itu terjadi sebelum mendapatkannya untuk membelinya sebuah tempat tinggal. Ini adalah jenis permainan yang bergantung sepenuhnya pada pelaku. Pathak adalah seseorang yang lincah di atas panggung serta memiliki wajah yang mengagumkan dimana membuktikan bahwa kisah ini menjadi tragikomedi yang sempurna.
Sebuah pertunjukan dirancang berdasarkan Shakespeare’s King Lear. Untuk melihat Raja Lear melalui mata badut adalah untuk melihat dia sebagai seorang pria, sebagai seorang ayah, sebagai seorang buangan, sebagai seorang anak: untuk melihat bodoh melalui mata orang bodoh. Seorang actor tunggal, seorang badut tua – seluruh hidup tinggal di dalam prahara teater. Pencarian untuk Lear membawa kita kepada inti cerita. Lonjakan fiksi menjadi narasi personal untuk menutupi jarak yang luas sebagai badut yang melihat ke Lear dimana disamping itu melihat ke badut, distorsi dimana satu dimulai dan yang lain berakhir. Kenangan terurai, di tengah alur cerita, angin puyuh dimana halaman Shakespeare yang bertebaran hanya untuk muncul kembali sebagai kolase keruh, penerbangan dari mimpi jatuh ke dalam kegelapan, putri yang hilang ke pegunungan masa lalu dan begitu banyak kehidupan yang hidup dimana tiba suatu saat menjadi moment yang paling berharga. Pencarian untuk sebuah kisah kontemporer ayah dan anak.
Walaupun sering dianggap memiliki kesamaan dengan Shakepeare’s King Lear, Nothing Like Lear ini memiliki ciri khas alur cerita yang lebih memiliki emosional yang beragam. Di Singapura sendiri, penonton dapat menyaksikan kisahnya pada film yang tayang tanggal 8 hingga 9 Mei 2013 yang dimulai pukul 20.00. Kisah selama 1.5 jam ini akan ditayangkan di Drama Centre Theatre dengan harga tiket mulai dari S$54 hingga S$100.
- Courtesy of is.asia-city.com
Tanggal: 8 – 9 Mei 2013
Waktu: 20.00
Lokasi: Drama Centre Theatre @ The National Library, 100 Victoria Street, S188064
Tiket:
Standard: S$100, S$80, S$60
Early Bird: S$90, S$72, S$54